EVALUASI”PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A DAN LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS B” (DI PAKET PERKERASAN JALAN GALANGAN, TOMBELEEN DAN ERIS MAHAWU KOTA TOMOHON)
DOI:
https://doi.org/10.53682/gj.v4i1.5053Keywords:
Pelaksanaan LPA LPB, Metode pelaksanaan lapis pondasi jalan, pengendalian mutu, Kadar Air, LPA, LPBAbstract
Pengerjaan lapis pondasi total di lapangan seringkali tidak memenuhi pedoman, yang dapat menyebabkan berkurangnya sifat aspal jalan. Salah satu masalah yang mungkin ditemukan adalah terjadinya isolasi total atau partisi total sehingga campuran menjadi tidak homogen. Isolasi total juga menjadi penyebab tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang diatur dalam Informasi Umum 2010 (Updated 2) yang diberikan oleh Dinas Pengelolaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Republik Indonesia, sehingga sifat hitam -kombinasi atas itu sendiri berkurang.
Pengendalian mutu merupakan salah satu variabel penting yang dapat memberikan data sebagai tolak ukur, apakah bahan tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Dalam setiap pekerjaan jalan, latihan pengendalian kualitas material selalu diselesaikan, untuk situasi ini khususnya kelas A dan kelas B total. Mengingat konsekuensi dari tinjauan pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan untuk Galangan Kapal Tombeleen dan Eris Mahawu, lapisan pembangunan total kelas A dan lapisan pembangunan total kelas B adalah sesuai buku detail umum 2010 (koreksi 2) yang didistribusikan oleh Pelayanan Public Deals dengan Direktorat Jenderal Lalu Lintas Republik Indonesia. Tingkat ketebalan yang diinginkan untuk lapisan total kelas A adalah sekitar 100 persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pembentukan lapisan kelas A dengan ketebalan ideal lebih menonjol dari 100 persen, kadar kelembaban ideal 6,5%, dengan cakupan 3,5% - 7,5%. Terlebih lagi, pada lapisan total kelas B yang memenuhi kebutuhan dengan ketebalan lebih dari 100 persen, kadar air yang ideal sebagian besar sebesar 6,4% dengan cakupan 3,4%-7,4%. Namun pada pemeriksaan kadar air terdapat 3 tempat pengujian yang kadar airnya melebihi kadar air yang paling ekstrim, yaitu STA 0+400 senilai 7,7%, STA 0+500 dengan nilai 8%. , STA 0+700 dengan nilai 8,0%. Di bawah keadaan kadar kelembaban lapangan yang sesuai pada tingkat yang paling ekstrim, pengeringan harus diselesaikan dengan pengeringan matahari.
Hasil penelitian menujukan bahwa lapis pondasi agregat kelas A dan B memenuhi syarat kepadatan yang diinginkan yaitu lebih besar dari 100%, dengan kadar air rata-rata 6,5% untuk kelas A dan 6,4% untuk kelas B.