LIMBAH SERBUK GERGAJI SEBAGAI MEDIA MEMBUAT PATUNG
DOI:
https://doi.org/10.53682/kompetensi.v1i06.1980Keywords:
serbuk gergaji; limbah; patungAbstract
Teknologi telah merambah ke masyarakat sebagai kebutuhan demi percepatan, sedangkan karya seni adalah bagian yang tak lepas dari kebutuhan hidup setiap manusia, baik seni murni (fine art) maupun seni terapan (applite art). Teknologi dan seni tidak dapat dipisahkan di setiap langkah maju pada perkembangan saat ini dan limbah sisa hasil teknologi dapat digunakan menjadi karya seni tanpa menggunakan alat bantu teknologi. Karya seni patung ada yang dibuat dari kayu, semen, batu, viberglas, logam (kuningan). Pada penelitian ini akan diuji sejauh mana serbuk gergaji dapat dijadikan media untuk membuat patung. Limbah serbuk gergaji banyak didapat pada industri-industri meubel dan industri rumah panggung. Dengan limbah serbuk gergaji bagi orang kreatif dapat dimanfaatkan menjadi bahan untuk berkarya seni.
References
Dharsono Sony Kartika, 2007,.Estetika, Rekayasa Sains, Bandung.
Eckholm, Erick P., 1984. Krisi Energi Kayu Sumber Daya Pembaharu, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Graafland, N., 1991. Minahasa, Negeri, Rakyat dan Budayanya. Terjemahan; Lucy R. Montolalu.Jakarta : Pustaka Utama Grafity.
Gustami, SP, 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia, Yokyakarta
Haryadi dan B. Setiawan., 1996. Arsitektur Lingkungan dan Prilaku.Suatu Pengantar ke Teori, Metodologi dan Prilaku.Jakarta, Lembaga Pembinaan dan Pengabdian pada Masyarakat.
Kalangi, N. S., 1995. Kebudayaan Minahasa, dalam Kuntjaraningrat., ed. Manusia dan Kebudayaan Indonesia.Jakarta : Djambatan.
Kartodirdjo, Sartono, 1987. Kebudayaan pembangunan dalam perspektif sejarah. Gadja Mada University Press, Yokyakarta
Kerlinger, Fred N., 2003. Azas-Azas Penelitian Behavioral, Gadja Mada University Press, Yokyakarta.
Kaunang, AK., et all, 2005. Prempuan Minahasa dalam Arus Globalisasi, Meridian, Jakarta.
Kaunang, Ivan R.B., et all. 2005. Sejarah Kabupaten Minahasa Utara (suatu perjuangan dan tidak mengenal lelah). Manado : Pustaka Jender BKOW Sulut.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT Gramedia, Jakarta.
Kotambunan, R. E. H.., 1985. Minahasa II dan III.Pemerintah Purba sampai kedatangan V.O.V dan Tiga Perang Tondano. Manado: PT Cipta Buana.
Lauer, Robert H., 1989. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Terj. Alimandan, Jakarta; Bina Aksara.
Marianto, M. Dwi, 2017. Art & Life Force in a Quantum Perspective, Srisasanti Syndicate Institut Seni Indonesia Yokyakarta.
Maru, Mister Gidion, et.all.. (2018). Children’s Story Books: Introducing Cultural Hybridity, Shaping Intercultural Sensitivity for Foreign Language Young Learners (An Observation to Gramedia Books in 2017). Proceedings of the 1st International Conference on Social Sciences (ICSS 2018). Atlantis Press. No 226. Pp 894-899
Sendoh, Joutje., 1997. Sejarah Perkembangan Masyarakat Minahasa dan Perjuangannya, dalam J. Turang et al., Profil Kebudayaan Minahasa.Tomohon : Majelis Kebudayaan Minahasa.
The Liang Gie, 2000,. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan), karya, Yogyakarta.
Thomas Munro. 1969,.The Art and Their Interreletions. Clevaland and London: The Press of Case Western Reserve University, p. 473. 88 Ambar Astuti, op., cit.,p. 39.
Umar, Kayam, Kreativitas Dalam Seni dan Masyarakat Suatu Dimensi Proses Pembentukan Budaya dalam Masyarakat, dalam Analisis Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. 1981/1982.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.