KESANTUNAN BERBAHASA TOLOUR MASYARAKAT DESA TELAP DAN IMPLIKASINYA DALAM RANGKA PEMBENTUKAN KARAKATER
DOI:
https://doi.org/10.53682/kompetensi.v4i7.8853Keywords:
Kesantunan berbahasa, Bahasa Tolour, Desa Telap, Pendidikan KarakterAbstract
Tujuan penelitian ini ialah : Untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa Tolour masyarakat desa Telap dilihat berdasarkan Tingkatannya. Untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa Tolour masyarakat desa Telap dilihat dari pemartkah kebahasaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah informan : 1) Penutur asli bahasa Tolour; 2) Berusia 50-65 tahun; 3) Informan tidak terlalu lama meninggalkan tempat asal; 4) Memahami budaya Tolour. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah : Teknik Simak dan Cakap Semuka. Kesantuanan memerintah yang tergolong sangat santun digunakan terhadap lawan tutur berusia lebih tua berstatus lebih tinggi dimarkahi oleh penggunaan TMTL (Tindak Memeriktah Tidak Langsung) yaitu menggunakan kata tanya toro : boleh yang diikuti kata sawaƞanu : tolong Kesantunan memerintah yang tergolong santun dimarkahi oleh Sawaƞanu : tolong yang diikuti TML (tindak memerintah langsung). Hasil penelitian menunjang Terhadap lawan tutur yang berusia sama atau lebih mudah dan berstatus lebih rendah dan berusia lebih mudah atau berstatus lebih rendah kesantunan memerintah yang tergolong sangat santun dimaknai oleh Sawaƞanu : tolong. Kesantunan memerintah yang tergolong santun digunakan terhadap lawan tutur yang berusia sama atau bertataus sama dan berusia lebih mudah dan bertatus lebih rendah dimarkahi oleh penggunaan tindak TML (Tindak Memerintah Langsung) seperti Ԑdoni : ambilkan. Kesantunan menolak yang tergolong sangat santun digunakan terhadap lawan tutur yang berusia lebih tua atau berstatus lebih tinggi dimarkahi oleh maaf : maaf yang diikuti oleh TLTL (Tindak Tutur Langsung Tidak Literal). Kesantunan manakah yang tergolong santun digunakan terhadap lawan tutur yang berusia lebih tua atau berstatus lebih tinggi dimarkahi oleh makase : terima kasih : ñaku sibuk : saya sibuk : kawise mokan : lain waktu sebagai tindak tutur tidak literal (TTL).Kesantunan menolak yang tergolong sangat santun digunakan terhadap lawan tutur yang berusia sama atau berstatus sama dan berusia lebih mudah atau berstatus lebih rendah selain menggunakan maaf : maaf yang diikuti TLTL juga menggunakan tindak tutur tindak langsung (TTL). Kesantunan menolak yang tergolong santun dimarkahi oleh tindak tutur tidak literal seperti makase : terima kasih atau kawise mokan : lain waktu.
References
Aini, N. (2019). Bahasa Indonesia Sebagai Alat Media Komunikasi Sehari-Hari. Diakses dari https://doi.org/10.31219/osf.io/dazfj
Akbar, A. F. (2020). Analisis Kesantunan Berbahasa Masyarakat Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan menurut perspektif Leech. Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Madura. Diakses dari http://etheses.iainmadura.ac.id/id/eprint/187.
Berdame, J., Pinontoan, D. H., & Rumbay, C. A. (2024). Contextual Christology in the phrase ‘apo isa elmaseh’and the word ‘opo’. Verbum et Ecclesia, 45(1), 2882. https://hdl.handle.net/10520/ejc-verbum_v45_n1_a2882.
Cahyaningrum, R. W. (2019). Bahasa Indonesia Sebagai Alat Komunikasi dan Fungsi Teks dalam Pembelajaran. DOI: https://doi.org/10.31219/osf.io/yq7p6
Chaer, A. (2018). Kesantunan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.
Damanik, R. (2019). Eufemisme dalam Bahasa Batak Toba: Kajian. Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23779.
Djajasudarma, F. (2012). Wacana Pragmatik. Bandung: PT. Refika Aditama
Kapoh, R. J., Kapoh, E., Yosua, A., Tan, T., & Kosaputera, B. (2024). Foso Rumages Um Banua: Fungsi Pastoral Memelihara Nilai Religius Tradisi Pengucapan Syukur di Minahasa. Jurnal Teologi Gracia Deo, 6(2), 211-223. https://doi.org/10.46929/graciadeo.v6i2.200.
Kasman, N. (2021). Penanda Kesantunan Berbahasa pada Masyarakat Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia, 274-280. https://doi.org/10.51817/kimli.vi.63.
Mahsun. (2017). Metode Penelitian Bahasa Edisi Ketiga (Tahapan, Strategi, Metode Dan Tekniknya). Depok: PT Raja Grafindo Persada
Mailani, O., Nuraeni, I., Syakila, S. A., & Lazuardi, J. (2022). Bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Kampret Journal, 1(2), 1-10. https://doi.org/10.35335/kampret.v1i1.8
Mema, M. (2024). Dominasi Kekuasaan dan Kekerasan Seksual pada Perempuan Minahasa di Kecamatan Modoinding: Perspektif Michel Foucault. Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana. Diakses dari https://repository.uksw.edu//handle/123456789/32812.
Noermanzah, N. (2019). Bahasa sebagai alat komunikasi, citra pikiran, dan kepribadian. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra (pp. 306-319).
Sambaki, L. (2021). Prinsip Kesatuan Berbahasa dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas XI SMA Negeri 4 Tidore Kepulauan. KOHERENSI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 91-102. Diakses dari https://ejurnal.isdikkierahamalut.ac.id/index.php/koherensi/article/view/273/208.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif (Cetakan. 3). Alfabeta.
Yulsafli., Sariakin., & Patrio, O. (2024). Verba Turunan dalam Bahasa Devayan. Jurnal Seramoe Education, 1(1), 21-28. https://doi.org/10.32672/jsa.v12i2.7800
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 KOMPETENSI
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.