Makna Simbolik dan Akulturasi Budaya Sosial dalam Lirik Lagu “Lemba Ntana Poso” Pada Tarian Dero Suku Pamona
DOI:
https://doi.org/10.53682/kompetensi.v4i8.9305Keywords:
Makna Simbolik, Akulturasi Budaya Sosial, Lemba Ntana Poso, Tarian Dero, Suku PamonaAbstract
Tujuan penelitian ini ialah (1) Untuk mengetahui apa makna simbolik lirik lagu “Lemba Ntana Poso’’ pada tarian dero suku pamona. (2) Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya alkulturasi pada lirik lagu dan tarian dero suku pamona. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data ialah teknik wawancara dan dokumentasi. Untuk menganalisis data teknik yang digunakan ialah analisis isi. Hasil penelitian menunjukan : (1) Dalam makna semantik lirik lagu “Lemba Ntana Poso” mengandung makna : Sebuah ungkapan syukur yang dituangkan melalui sebuah lagu. Terdapat kata /lemba kutanondo pai kupotowe/ lirik inilah yang membuktikan bahwa begitu bangga dan cinta nya masyarakat suku pamona kepada tanah poso yang mereka diami. Lagu “Lemba Ntana Poso’ juga menjadi lagu yang digunakan dalam tarian dero suku pamona, sebagian bentuk rasa persaudaraan diantara masyarakat suku pamona. Tarian ini dilakukan sambil bergandengan tangan dengan pola melingkar (2)Makna pragmatik ialah makna yang bergantung pada konteks. Lirik lagu “Lemba Ntana Poso” mengandung makna pragmatik yakni konteks yang menjelaskan tentang keindahan, kekaguman serta kerinduan masyarakat poso terlebih khusus “Suku Pamona”. Terhadap alam yang luas dan subur, dalam hal ini masyarakat suku pamona sangat bergantung hidup pada alam yang telah diberikan Tuhan untuk dikelolah dan dimanfaatkan dengan baik.(3)Akulturasi membawa banyak perubahan bagi masyarakat suku pamona terutama dalam tarian tradisional suku pamona yakni tari dero. Tarian dero mengalami perubahan baik dari lagu yang mengiringi tarian ini maupun makna dan fungsi yang sebenarnya. Salah satu yang sangat mempengaruhi perubahan ini terlihat jelas pada lirik-lirik lagu yang mengubah makna sebenarnya. Berawal dari lirik lagu yang maknanya terdapat betuk rasa syukur lalu kemudian lirik lagu yang dapat mempererat hubungan persaudaraan dimana lirik lagu ini akan sangat berasa maknanya di hati para pendengar. Mejadi lirik lagu yang menceritakan tentang hubungan sepasang kekasih ataupun curahan isi hati dalam hubungan percintaan.
References
Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Deku, M. C., Dopo, F. B., & Samino, S. R. (2022). Analisis bentuk musik pengiring tarian dero pada masyarakat kampung nagemi desa rigi kecamatan boawae kabupaten nagekeo. Jurnal Citra Pendidikan: 2(1), 55–65. https://doi.org/10.38048/jcp.v2i1.330
Dewi, A. I., & Herawati, A. F. (2021). Akulturasi Budaya Sosial dan Makna Simbolik Tari Dero. Kinesik: 8(3),234–241. https://doi.org/10.22487/ejk.v8i3.253
Endaswara. (2019). Karya Bahasa Sebagai Tanda. Jurnal: Bahasa.
Hadibrata, H. (2015). Bahasa Indonesia dari Bahasa Melayu menuju Bahasa Dunia. In Seminar Dan Lokakarya Kebahasaan Lembaga Adat.
Huriyah, H. 2023. Akulturasi Budaya Lokal dan Islam Pada Tradisi Mapanreritasi di Pantai Pagatan Kalimantan Selatan. Tashwir. 11(1), 1–16. https://doi.org/10.18592/jt.v11i1.9338
Iskandar, Malik & Haliza, Siti. 2024. Makna Simbolik Tradisi Perkawinan Adat (Studi Pada Suku Pamona Kabupaten Kuwu Timur). Merdeka: Jurnal Ilmiah Multidisiplin 1(3), 238-247.
Kamarul. 2020. Makna tarian Dero Dikalangan Masyarakat Dikecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara. Makassar: Fakultas dakwah dan komunikasi UIN Allaudin Makassar.
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kriswati, M., Aji, G. T., & Suyami, S. (2022). Pengembangan Diri Anak Berbasis Seni di Sekolah Dasar Negeri Tegalkuniran. Jurnal Ilmiah Kampus Mengajar, 123-129. https://doi.org/10.56972/jikm.v2i2.41
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Mame, A. R. (1998). Adat dan Upacara Perkawinan Sulawesi Selatan. Jakarta: Departemen pendidikan kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moeliono. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Karya Sastra. Depdikbud.
Moleong, L. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
Moleong, L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nardi, H. (2012). Persatuan Dua Budaya. Jakarta: Permana Offset.
Rumondor, J. J., & Pandaleke, S. (2023). Struktur Musik dan Nilai Pendidikan Kesenian Moende Pada Masyarakat Desa Bo’e Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Clef: Jurnal Musik dan Pendidikan Musik, 4(1), 12-20.
Siti & Hellen. (2024). Memaknai Akulturasi Sebagai Pencampuran Dua Kebudayaan. Culture: Cendekia Ilmiah.
Soerjono, S. (2012) Sosiologi suatu pengantar (cetakan ke – 44). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syahrian, A., Irawan, R., & Aryanto, A. S. (2019). Bentuk dan Makna Lagu Ida Sang Sujati Karya I Komang Darmayuda. Journal of Music Science, Technology, and Industry, 2(2), 199-218.
Teeuw. (1983). Membaca dan Menilai Karya Sastra. Badan Pengembangan dan Penilaian Bahasa.
Thaumaet, Y. A. (2019). Akulturasi Budaya Mahasiswa Dalam Pergaulan Sosial Di Kampus (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Madiun). Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(1), 113-124.
Vodicka, F. (1964). The History of The Echo of Literary Words. Dalam Paul L. Garvin (Ed). A Prague School Reader on Esthetics, Literary Structure and Style. Washington
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 KOMPETENSI
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.