RESILIENSI REMAJA AWAL PASCA PERCERAIAN ORANG TUA DI KELURAHAN PAKOWA KECAMATAN WANEA KOTA MANADO
DOI:
https://doi.org/10.53682/pj.v3i1.5636Keywords:
Perceraian, Remaja Awal, ResiliensiAbstract
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Perceraian dalam hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan struktur dan relasi dalam keluarga yang artinya pasca perceraian anak hanya dapat tinggal bersama salah satu orang tuanya saja.Sedangkan Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi ketika menghadapi kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Dalam penelitian ini subjek merupakan remaja awal yang merupakan korban perceraian orang tua dimana terjadi konflik dalam rumah tangga pada pertengahan tahun 2019 dimana orang tua subjek memutuskan untuk berpisah dan saling meninggalkan. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus, pada 1 subjek yang berusia 13 tahun. Dengan sumber data yang digunakan berupa sumber data primer dan data sekunder, sedangkan teknik yang digunakan dalam memperoleh data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu remaja mampu mengembangkan ke enam aspek resiliensi yaitu Regulasi Emosi, Pengendalian Impuls, Optimisme, Empati, Efikasi Diri dan Reaching Out, sedangkan Analisis Penyebab Masalah masih kurang Nampak, namun secara umum subjek sudah bisa dikatakan sebagai remaja yang resilien.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 PSIKOPEDIA
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.